Kamis, 16 Oktober 2014

Love Story Anak Indigo

Sewaktu aku duduk di kelas 2 suatu SMPN di kota bandung. Aku mengenal seorang cewek bernama Alin, dia itu cantik dan tau apa yang sedang aku rasakan beda dengan orang lain yang menyangka bahwa aku ini anak aneh atau biasa juga disebut orang gila. Bahkan keluarga besarku juga kadang berfikir bahwa aku ini gila karena, mereka sering melihatku bicara sendiri bahkan berprilaku aneh. Padahal ini semua bukan sekedar hayalan tapi benar-benar nyata bahwa aku bisa melihat apa yang tidak kalian lihat.
Yang mengetahui kelebihanku cuman adik dan ke tiga sahabatku yaitu Alin, Desi dan Toni. Mereka tau karena mereka percaya kepadaku terutama Alin dia yang paling percaya karena dia juga punya kelebihan yang sama sepertiku.
Semenjak lulus dari SMP aku melanjutkan Ke sebuah SMK swasta. Aku muak dengan sekolah ini karena makluk halus di sini sering mengganggu ku dan teman-temanku yang baru juga masih saja mengganggap aku ini anak aneh atau gila tapi, untungnya masih ada Toni dan Desi yang tau kelebihanku sedangkan Alin bersekolah di salah satu SMA yang masih dekat dengan sekolah kita. Walaupun kita beda sekolah tapi kita semua selalu menyempatkan diri untuk sekedar berkumpul.
Di rumah juga aku sering diejek oleh kakak aku yang sudah kuliah.
“ah dasar anak aneh yang gak tau diri..” Ucap kakak ku.
“dasar kakak yang gak tau diri.. coba kakak jadi aku pasti kakak tau apa yang sedang aku rasakan” jawabku dengan kesal.
“dasar kau..” ucap kakaku sambil berjalan ke luar rumah.
Terkadang saat di kamarku sendiri aku merasa senang karena masih ada yang menemaniku yaitu teman dari dunia lain namanya Popi dan Dona mereka berdua anak kecil dari dunia lain yang sering aku lihat di rumah atau di sekitarku di manapun aku berada. Popi kecil itu anaknya gak mau diem selalu riang tapi Dona sebaliknya dia selalu terdiam kadang-kadang menangis. Aku sudah mencoba membujuknya tapi dia selalu menangis.
Saat aku di sekolah aku melihat mereka berdua ada di kelasku memang orang lain tidak merasakan, Tapi aku melihatnya. Dona seolah-olah meminta tolong kepadaku, aku mencoba mendekatinya namun aku melihat wajah orang lain di pinggir Dona. Sepertinya Dona menyuruh ku untuk membantu temannya itu. Tiba-tiba aku teriak merasakan sesuatu yang menakutkan. semua orang melihat aku yang sedang berteriak ketakutan.
“AAA… jangan ganggu akuu…” teriaku tanpa sadar.
“dasar lo Rus, lagi-lagi kamu berteriak ketakutan..” ucap Kiki sambil tertawa diikuti tertawa teman yang lainnya.
“lagi-lagi aku diganggu oleh makluk mengerikan yang ada di sekolah ini.” Ucapku dalam hati.
“Sudah-sudah teruskan belajarnya.” Ucap bu Nadien guru bahasa Indonesia. “kamu sakit Rus?.” Tanya beliau kepadaku.
“gak bu, gak apa-apa kok..” jawabku.
Sepulang sekolah aku dan kedua sahabtku mengunjungi rumah Alin karena aku mendengar Alin sedang sakit. Sesampainnya di rumah Alin aku terkejut melihat sebuah Foto yang ada di kamar Alin, aku melihat wajah pada foto tersebut mirip sekali dengan wajah Popi anak dunia lain yang selalu menemaniku. Setelah aku tanyakan kepada Alin ternyata Popi itu adik kandungnya yang sudah lama meninggal karena kecelakaan. Walaupun sakit Alin bersedia menceritakan sedikit tentang Popi ternyata waktu itu Popi dan temannya Dona tertabrak oleh mobil sampai mereka berdua meninggal.
Pantesan selama Alin sekelas denganku ia merasa senang sekali karena ia bisa melihat adiknya tertawa gembira saat berada di sampingku. Setelah beberapa hari Alin sembuh dari sakitnya, dari saat itu juga Alin jadi semakin dekat karena Alin tau bahwa roh adiknya selalu ada di kamar aku, Alin senang sekali bisa bermain bersama adiknya lagi seolah-olah adiknya tersebut masih hidup.
Beberapa minggu berlalu Alin kembali sakit ia masuk rumah sakit sekarang, sepulang sekolah aku memutuskan untuk menjenguk Alin bersama Desi dan Toni. Kami membawa bingkisan kecil buah-buahan. Saat aku datang ke kamar Alin ternyata selama ini Popi Anak kecil dunia lain itu ada di samping Alin kakaknya pantesan saja beberapa hari ini aku tidak pernah melihatnya.
“makasih yah semuanya, kalian itu sahabat terbaiku” ucap Alin.
“iya.. sama-sama Al cepet sembuh yah..” balas Desi
“iya.. Al cepet sembuh biar Rusdi gak galau lagi tuh..” sambung toni dengan sedikit meledek.
“gila.. apa-apaan lo Ton.” Ucapku dengan nada sedikit kesal.
“udah-udah jangan berantem” gumam Alin
“iya-iya cepet sembuh yah, aku pulang duluan yah Al sama Desi ada Eskul nie?” Tanya Toni
“yah silakan hati-hati di jalan yah” jawab Alin
“hati-hati itu nenek-nenek ikutin kamu di belakang” sambung ku
“ah massa, jangan bikin suasana jadi merinding dong!”
“yah bener kata Rusdi ada nenek nenek yang ikutin kalian berdua” ujar Alin
“udah-udah ayo ke sekolah lagi. lagi pula nenek itu gak bakalan ganggu kita kalau kita gak ganggu beliau..” Ucap Desi sambil pergi ke luar ruangan.
Tinggal kami berdua setelah Toni dan Desi kembali ke sekolah. Tiba-tiba Alin berkata
“Rus makasih yah udah nemuin aku sama adik aku?”
“Iya sama-sama.” Jawabku.
“kamu mau gak jadi pacar aku?” Tanya Alin dengan senyum manisnya.
“eee.. ee..” belum selesai aku jawab Alin tiba-tiba tertawa karena dia sudah tau perasaanku ke dia dari Popi si anak dunia lain yang tidak lain tidak bukan adik kandungnya Alin.
“Kenapa ketawa, ada yang lucu yah?” tanyaku heran.
“gak kok gak ada, cuman itu mukannya merah kenapa?” tanyanya kegirangan.
Sedang enak kami mengobrol dokter datang untuk memeriksa Alin aku pun pamit untuk pulang.
Hatiku mulai gak karuan memikirkan pertanyaan tadi apakah dia benar-benar atau cuman main-main aku penasaran juga dengan perasan Alin yang sebenarnya. Sesampainnya di rumah aku melihat biasa lah anak dunia lain siapa lagi kalau bukan Popi dan Dona. Aku coba tanyakan pada Popi di memang tidak berkata tapi aku mengerti bahasa isyaratnya. Ternyata Alin juga menyimpan rasa padaku.
Lusanya aku mencoba menegok kembali Alin yang masih di rawat aku coba tanyakan tentang hal yang kemarin lusa. Ternyata dia benar-benar cinta sama aku di saat itu juga kami jadian. Seminggu berlalu Alin tidak kunjung sembuh juga dia memintaku untuk membawanya keluar rumah sakit walaupun kondisinya belum fit. Untung saja dokter mengijinkannya jadi kami bisa keluar namum tidak terlalu lama karena Alin sedang masa pemulihan.
Kami berdua berjalan-jalan di sekitar rumah sakit hanya melihat sekumpulan anak-anak yang sedang asik bermain sambil ketawa ketiwi aku melihat ternyata si Popi dan Dona ada di situ juga pantes saja Alin tertawa senang melihat adiknya tersebut.
Sebulan sudah aku dan Alin menjalin kisah cinta yang penuh canda dan tawa, sebulan sudah juga aku tidak melihat lagi hal-hal aneh baik di rumahku atau di sekolahku. Mungkin ini karena aku akan menginjak usia yang ke 17 tahun lusa nanti. Hari ini aku akan ke Rumah sakit untuk melihat keadaan Alin. Di sanah aku bertemu papahnya Alin yang seorang pejabat pemerintahan aku melihat beliau sedang memarahi Alin. Aku tidak berani masuk kamar Alin setelah beberapa menit papahnya Alin keluar dan meninggalkan rumah sakit.
Aku mencoba masuk ke kamar Alin di sana terlihat Alin sedang terbaring lemah di kasurnya sambil menangis, aku mencoba menghampirinya tiba-tiba Alin memeluk ku dan berkata “tolong bawa aku pergi dari sini” ucapnya.
“kenapa kamu mau pergi dari sini kan kamu masih sakit.. aku gak mau membawa kamu keluar dengan kondisi seperti ini say!” balasku.
“kamu gak tau apa yang sebenarnya terjadi..” balas Alin dengan kesal
“ok.. ok.. kalau begitu aku akan bawa kamu keluar RS besok pagi asalkan kamu mau cerita apa yang sebenarnya terjadi!” pintaku
“sebenarnya papahku itu koruptor, ibuku sebenarnya juga sudah meninggal bukan berada di luar negeri ibuku meninggal bersama adikku Popi dan mereka meninggal bukan karena kecelakaan tapi mereka meninggal karena dibunuh oleh anak buah papahku atas perintah papahku.. bla.. bla.. bla” Alin menceritakan semua tentangnya
“Siap besok aku jemput kamu saat penggantian pegawai RS..” Balasku
Aku menceritakan semua ini kepada Toni dan Dona dan mereka pun bersedia membantu aku untuk mengeluarkan Alin dari kekerasan papahnya tersebut.
Keesokan harinya kami bertiga menyiapkan mobil untuk membawa Alin keluar dari rumah sakit.
“Des, kamu tunggu di sini kalau ada apa-apa telp aku dan kamu Ton, Kamu ikut aku ke dalam buat mastiin semua petugas sudah gak ada!” pintaku
“ok.. siap” ucap Desi dan Toni bersamaan.
Kami mencoba menyelusup masuk saat shift pegawai aku berhasil masuk ke kamar Alin Di sana Alin sudah bersiap menunggu kedatangaku.
Tiba-tiba Toni berkata “bahaya Rus ada papahnya Alin datang ayo cepat..”
tanpa banyak bicara aku menggendong Alin untuk membawanya keluar rumah sakit. Namun baru juga kami keluar dari kamar Alin, papahnya Alin melihat kami bertiga dan mengejar kami seolah-olah kami ini menculik Alin.
Kami berhasil masuk mobil dan langsung tancap gas namun, papahnya Alin dan anak buahnya membututi kami dari belakang. Kami menyusun strategi aku dan Alin turun dari mobil lalu naik bus, anak buah papahnya Alin terkecoh namun, tidak dengan papahnya Alin beliau masih membututi kami berdua dari belakang sepintas aku melihat Popi dan Dona ada di bus yang kami naiki mereka seolah-olah berpamitan melambaikan tangan kanannya kepada kami berdua. Akhirnya kami berhasil meloloskan diri dari papahnya Alin dengan melompat dari bus.
“kamu tidak apa-apa say?” tanyaku pada Alin.
“gak kok. Gak apa-apa.” jawabnya tersenyum
“baguslah kalau begitu” balasku.
“Rus makasih yah, jangan lupa juga bilangin sama Toni dan Desi makasih atas persahabatan ini aku minta maaf kalau selama ini aku punya salah sama kalian..” ucap Alin dengan air mata yang turun dari matanya yang indah seolah-olah berpamitan padaku.
Aku mengusap air mata Alin yang berada di pipinya lalu alin berkata “thank you you have are at my heart, thank you also on what already you do currently, I want you forget I forever, I LOVE YOU RUS” Alin tersenyum lalu ia pergi ke arah cahaya yang entah datang dari mana.
Aku hanya terdiam dan air mata pun susah untuk aku tanah butiran air matapun menetes, semuannya seperti mimpi namun ini lah kenyataan yang terjadi.
Tidak lama dari itu hapeku berbunyi
“kringg… kringg..” aku mencoba mengangkat telp yang entah dari siapa.
“haloo…” ucapku
“haloo kak aku Alia saudara kak Alin.” Suaranya terdengar seperti orang yang sedang menagis.
“yah ada apa Al?” tanyaku
“begini kak, kak Alin sudah gak ada…”
“gak ada gimana Al?”
“kak alin sudah meningggal kak…” tangis Alia terdengar kencang.
Sontak aku terkejut mendengar berita tersebut, padahal tadi aku dan Alin jelas-jelas sedang berdua di sini. Aku sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi aku memutuskan mencari Alin di sekitar sini namun aku tidak menemukannya hari sudah mulai malam aku putuskan untuk kembali ke kota dan mengunjungi rumah Alin siapa tau dia sudah pulang.
Sesampainnya di rumah Alin, Toni dan Desi sudah berada di depan rumah Alin yang penuh dengan karangan bunga.
“Ada apa ini? Kok banyak karangan bunga?” tanyaku heran
“Alin meninggal Rus, Alin meninggal karena kecelakaan bersama papahnya, kami sudah mencoba menahan papahnya untuk tidak membawa Alin tapi, kami tidak bisa menahanya. kami turut berduka atas meninggalnya Alin.” Balas Toni.
“terus tadi aku waktu turun dari mobil kan bersama Alin” balasku dengan ketidak percayaan akan kejadian ini.
“tadi kita memang bersama-sama. Tapi, kamu turun sendiri untuk mengecoh papahnya Alin”
“yah, tapi tadi aku memang turun tapi aku turun bersama Alin berdua untuk naik Bus dan aku berdua lompat dari bus di desa perbatasan kota.”
“mungkin itu semua hayalan kamu rus, soalnya di antara kami yang bisa liat makhluk lain cuman kamu. Dan jelas-jelas kami melihat kecelakaan itu karena kami juga jadi korbannya” jelas Desi.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi ternyata benar apa yang tadi Alia beritakan kepadaku, aku hanya bisa meratapi kesedihan ini dan menerima kenyataan. Alia sodara kembar Alin menghampiriku dan memberikan sepucuk surat untuk kami dan isinya itu sama dengan apa yang diucapkan Alin saat terakhir aku melihatnya.
Cerpen Karangan: Soleh Aldiansyah
Facebook: https://www.facebook.com/soleh.aldiansyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar